9 Mei 2016

Menanti "Surat Cinta" dari Istana Tampaksiring Bali




Menjelang hari kunjungan ke Istana Tampak Siring, saya belum juga mendapat konfirmasi ijin berkunjung ke Istana tersebut, karena untuk dapat memasuki seluruh Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia, diperlukan ijin khusus kunjungan minimal 7 hari sebelum tanggal kunjungan. Belum ada email balasan, fax balik juga enggak ada, konfirmasi via telephone enggak dapat kejelasan seperti halnya menunggu balasan surat cinta (Ciye elahh…masih jaman ) membuat saya galau antara mau berangkat atau mencari alternative tujuan wisata lainnya. Mengingat letaknya di daerah Gianyar yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan dengan mengendarai motor sewaan dari daerah Jimbaran tempat saya menginap. Tapi daripada penasaran saya dan partner traveling saya mendatangi Istana tersebut. Mau ditolak atau enggak ya..minimal bisa foto bagian depannya. Rupanya pada saat saya sampai di sana, surat ijin atas nama rombongan saya sudah ada di pos keamanan. Nama saya ada dalam list tamu presiden ( Bangga!! ). Dua rombongan yang masuk sebelum kami adalah rombongan anak-anak sekolah. Saat saya mengecek Hp saya sebelum masuk istana, ternyata ada panggilan tak terjawab dengan kode daerah Bali rupanya staff Istana mencoba menghubungi saya pada saat saya di jalan tadi.
Wisma Bima

Di pandu oleh Pak Wayan staff  istana yang hari itu menjadi tour guide untuk kami, memasuki halaman Istana, ia menjelaskan, bahwa ada 3 pintu masuk ke Istana Tampaksiring. Ketiganya mempunyai fungsi yang berbeda yaitu untuk Presiden, tamu Negara dan untuk umum. Pintu yang kami masuki adalah pintu yang ke tiga yaitu pintu yang diperuntukan  bagi tamu umum atau pengunjung. Wisma Bima- bangunan pertama yang kami lihat saat memasuki kawasan Istana. Fungsinya sebagai tempat pasukan keamanan Presiden dan petugas yang melayani tamu negara.
Mata Air Suci atau Tirta Empul
Dari Wisma Bima kami berjalan menuju Wisma Merdeka. Mulailah Pak Wayan bercerita di sela-sela perjalanan kami menuju Wisma Merdeka, tentang sejarah Istana Tampaksiring dimana nama tersebut berasal dari dua kata. Tampak dan Siring yang bermakna “Telapak” dan “miring”. Konon, menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang Raja bernama Mayadenawa. Raja ini sangat sakti tapi mempunyai sifat jahat (angkara murka) hingga menganggap dirinya sebagai  Dewa. Akibatnya para Dewa mengutus Batara Indra dan pasukanya untuk menangkapnya. Mayadewana lari, untuk menghilangkan jejaknya ia berjalan dengan cara memiringkan kakinya tapi bagaimanapun juga Mayadewana berhasil ditangkap. Sebelum ditangkap Mayadewana mengunakan kesaktiannya untuk menciptakan mata air beracun namun Batara Indra kemudian menciptakan mata air penawarnya yang diberi nama Tirta Empul yang berarti “air suci”. Itulah awal mula dari nama Tampaksiring. Dari sudut Wisma Merdeka kita bisa melihat kolam Tirta Empul yang menampung sumber air yang dianggap suci tersebut di dalam kawasan Pura Tirta Empul. Tempat tersebut selain digunakan sebagai tempat ibadah juga dijadikan objek wisata dimana terdapat kolam penyucian yang dapat digunakan pengunjung untuk menyucikan diri dengan mandi di pancuran air yang bersumber dari mata air suci tersebut.
Menyucikan diri di bawah pancuran mata air Tirta Empul

Wisma Merdeka

Berlanjut ke Wisma Merdeka yang berfungsi sebagai tempat peristirahatan presiden, terdapat kamar tidur dan ruang tamu bagi tamu negara. Berjalan lewat belakang Wisma Merdeka teman saya begitu tertarik dengan patung wanita diatas kolam kecil sebelum memasuki Wisma Negara. Pak Wayan bercerita bahwa patung tersebut memang sudah lama sekali menghiasi salah satu sudut Istana walaupun ia tidak bisa memastikan berapa usianya naman patung itu sudah ada bersamaan Istana ini didirikan. “Patung itu seolah hidup “ kata Pak wayan.
Konon patung ini merupakan patung tertua yang ada di kompleks Istana
Wisma Merdeka dan Wisma Negara dipisahkan oleh celah bukit yang cukup tinggi terdapat jalan kecil diantara kedua bukit tersebut untuk menuju Pura Tirta Empul. Jembatan Persahabatan (  Brige of Friendship ) menjadi penghubung antara Wisma Merdeka dan Wisma Negara, dinamakan demikian karena tamu-tamu Negara yang datang berkunjung selalu diantar dari Wisma Merdeka ke Wisma Negara melalui jembatan tersebut.
Brige Of Friendship



Bersama staff Istana
Pemandangan dari Brige Of Friendship


Wisma Yudistira-terletak di tengah-tengah kompleks Istana, Wisma ini berfungsi sebagai tempat menginap rombongan tamu negara. Kami hanya melihat dari kejauhan. Pak Wayan lantas mengajak kami untuk masuk sebuah ruang pertemuan. Langit-langit ruangan ini begitu megah dan dirancang oleh arsitek asal Bali. Kursi bergaris putih dan merah tua berbaris rapih di ruangan ini. Lagi-lagi pak Wayan menyuruh saya untuk bergaya sesuai arahannya ( Gaya jadul dengan menopangkan tangan di dagu di salah satu meja, anehnya kenapa kita nurut baget ya..hehe…). Oke, nampaknya sudah hampir dua jam kami berkeliling, kami kembali lagi ke Pos keamanan,saya diberikan selembar surat ijin masuk Istana dan satu buah buku berisi tentang keterangan Istana Tampaksiring. “Ini dia yang saya tunggu dari kemarin balasan “surat cinta” dari istana“ Canda saya pada para staff  Istana dan Pak Wayan. Rupanya kami sudah diberikan ijin masuk dan pada saat di jalan staff Istana mengkonfirmasi ulang lewat telepon pada saat saya di jalan tadi
Ruang Pertemuan Istana Kepresidenan Tampaksiring Bali

Halaman Kompleks Istana

Perlu saya ingatkan jika kita mengunjungi Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia :
  1. Pastikan memakai baju yang rapih dan sopan. Lebih baik mengenakan kemeja atau kaos berkerah. Tidak diperkenankan memakai celana pendek Mengenakan sepatu bukan sandal. Untuk cara berpakaian anggaplah kita sebagai tamu Presiden jadi pakailah pakaian yang selayaknya untuk bertamu apalagi ke “rumah” Presiden,walaupun nantinya yang menjamu bukan Presiden langsung tapi semua yang datang ke Istana Kepesidenan adalah tamu Presiden.
  2. Ikuti aturan, hasrat untuk berfoto dan mengabadikan momen rasanya memang terkadang susah dibendung tapi bisanya ada hal-hal tertentu yang tidak boleh diabadikan atau mengambil gambar sembarangan di dalam Istana. Jadi ikuti aturan yang ada.
  3. Untuk dapat masuk ke Istana Kepresidenan diharuskan memiliki ijin khusus jadi ajukan ijin kunjungan kita maximal 14 hari kerja sebelum tanggal kunjungan. Untuk berkunjung ke Istana Kepresidenan gratis tidak dipungut biaya asal kita juga mengikuti birokrasi yang sudah diatur.
  4. Konfirmasi dengan kesekretariatan istana apabila kita sudah mengirimkan email atau fax surat   kunjungan. Jangan ragu untuk konfirmasi ulang untuk memastikan ijin kunjungan kita disetujui atau tidak. Untuk Istana Tampaksiring surat kunjungan dapat di tujukan ke alamat berikut:


Istana Kepressidenan Tampaksiring-Bali
Jl. Raya Dr.Ir. Soekarno, Tampaksiring Bali 80552
Tlp 0361 901400/Fax 0361 901300

0 komentar:

Posting Komentar

Contact us

Nama

Email *

Pesan *