Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

19 April 2017

Monumen Jongenskampen, Saat Itu Mereka Masih Sangat Muda

“Kami berdiri dalam antrian yang panjang, perempuan dan anak-anak,
Dibawah teriknya terik matahari tropis.
Berjam-jam lamanya…
Dan orang Jepang terus saja menghitung.
Menghitung dalam bahasa Jepang sangatlah sulit.
Itu berlangsung lama, berjam-jam lamanya…
Hitung, hitung, hitung
Hitung berjam-jam lamanya
Beribu tahun
Dibawah teriknya sinar matahari
Dengan perut kosong
(Appèl, puisi karya Freddi Cochius )


Saya membaca puisi tersebut di atas kereta menuju perjalanan pulang ke Jakarta. Pikiran saya masih saja tertuju pada Monumen Jogenskampen di Ereveld Kalibanteng yang Jumat kemarin saya kunjungi bertepatan dengan hari Jumat Agung. Sepertinya puisi tersebut dengan visualisasi yang digambarkan oleh pematung Anton Beysens, membuat pikiran saya melayang membayangkan situasi pendudukan Jepang di Hidia Belanda pada masa itu.

Monumen Jogenskampen, mengambarkan seorang anak laki-laki  kurus, terlihat dari tulang-tulang rusuknya yang menonjol  karena kurang makan yang sedang memanggul pacul di bahunya, ditopang sebuah kapak dengan hanya mengenakan kain di pinggangnya. Monumen ini didirikan untuk mengingat anak-anak muda yang wafat pada masa penindasan Jepang di Hindia Belanda. Anak-anak muda yang dipisahkan dari ibunya dan ditawan di tempat pengasingan anak maupun pria dewasa.

Dibawah kaki patung tembaga yang diresmikan pada tahun 1988 tersebut tertulis dalam bahasa Belanda yang berarti “Saat itu mereka masih sangat muda”. Saya tidak dapat membayangkan jika saya menjadi salah satu anak muda kala itu. Dengan segala hormat untuk mengenang mereka yang telah gugur, anak-anak, kaum muda, laki-laki dan perempuan semoga mereka yang telah wafat ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi-Nya.


**Semua foto yang saya buat di Ereveld Kalibanteng dan Ereveld Candi bukan untuk kepentingan dan tujuan komersial**

Ereveld Kalibanteng dan Candi, Makam Kehormatan Belanda Di Semarang

Beberapa kali ke Semarang dan seringnya wara-wiri dijalan Siliwangi membuat saya penasaran dengan kompleks pemakaman tersebut. Barisan Salib Putih yang tertata rapih yang begitu teduh dengan pohon beringin besar di bagian depan sepanjang sisi jalan. Saya tanya ke teman saya yang asli Semarang ada apa di Ereveld Kalibanteng, dia sendiri seumur hidup belum pernah masuk ke Ereveld tersebut. Kasihan banget!!! Akhirnya saya cari tahu sendiri tentang Ereveld. 

Monumen Jogenskampen, Ereveld Kalibanteng
Ereveld atau Makam Kehormatan Belanda adalah pemakaman korban perang, baik dari militer maupun sipil yang gugur pada saat perang di Hindia Belanda. Ada tujuh Ereveld yang tersebar di pulau Jawa yaitu Ereveld Menteng Pulo & Ereveld Ancol yang ada di Jakarta,  Ereveld Pandu di Bandung, Ereveld Leuwigajah di Cimahi, yang terakhir Ereveld Kalibanteng dan Ereveld Candi keduanya ada di Semarang. Malah saya belum pernah mengunjungi Ereveld yang ada di Jakarta. Pernah ke makam tapi ke pemakaman kuno Belanda yang ada di Kebun Raya Bogor dan Museum Prasasti yang merupakan makam peninggalan Belanda juga, membuat saya tertarik berziarah ke Ereveld.

Pertama kali saya menjejakan kaki ke Ereveld Candi yang letaknya lebih jauh dari Ereveld Kalibanteng dari tempat saya menginap di daerah Mijen. Ereveld Candi terletak di bukit Selatan Semarang di jalan Jenderal Sudirman Gajah Mungkur, Candi, pemandangannya bagus dengan latar bukit di bagian belakang makam. Kata sepupu dari teman saya kalau cuaca lagi cerah akan terlihat gunung Unggaran. Saya membunyikan bel yang ada di sisi kiri gerbang. Cukup sekali saja, pintu gerbang dibuka oleh salah seorang pengelola makam, Pak Vincent namanya. Beberapa hari sebelum hari kunjungan saya memang telah meminta ijin berkunjung  pada Yayasan Oorlogsgravenstiching atau OGS yang merupakan yayasan pengelola seluruh Ereveld yang ada di Indonesia yang berkantor pusat di Jl. Panglima Polim, Jakarta. Sempat berbicang dengan Bapak Vincent  yang menanyakan maksud tujuan saya berkunjung, saya hanya mayarakat umum yang ingin berziarah. Sebelum saya berkunjung memang ada keluarga yang berziarah yang merupakan keturunan dari yang di makamkan ditempat ini, sebelum berkeliling saya diajak ke pendopo untuk mengisi buku tamu. Walaupun matahari saat itu tepat di atas ubun-ubun ( baca: kesiangan), tapi tidak menyurutkan langkah saya untuk menapaki Ereveld Candi. Khusus Ereveld Candi mereka yang dimakamkan adalah mereka yang berasal dari kalangan militer.
Voor Veiligheid en Recht, Ereveld Candi

Dulunya para korban dimakamkan di dua puluh dua Makam Kehormatan Belanda yang tersebar di Indonesia, dibagun antara tahun 1946 dan 1950 oleh Dinas pemakaman milik Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL). Atas permohonan pemerintah Indonesia, setelah penyerahan kedaulatan di tahun 60an ke dua puluh dua Makam Kehormatan Belanda dikumpulkan di Pulau Jawa saja. Tidak hanya yang beragama Kristen tapi mereka yang beragama Islam, Budha dan Yahudi juga dimakamkan di Ereveld. Bedanya nisannya tidak berbentuk Salib. Di tengah-tengah pemakaman terdapat monument pusat yang berbentuk salib berwarna putih, dibawahnya tertulis “VOOR VEILIGHEID EN RECHT” yang dapat diartikan “For Security and Justice”.

Semoga mereka yang gugur ditempatkan di tempat terbaik disisiNya


**Semua foto yang saya buat di Ereveld Kalibanteng dan Ereveld Candi bukan untuk kepentingan dan tujuan komersial**

Contact us

Nama

Email *

Pesan *